Cari di Blog Ini

"Semoga artikel berikut dapat memberikan manfaat bagi Anda"
"Banyak cara untuk saling memberi kepada sesama"
"Mari saling berbagi, semoga sukses dan sehat selalu serta dalam keberkahan. Amiin"

Jumat, 23 Desember 2011

Budidaya Tanaman Teh (Minuman Segar)

Deskripsi
Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dari familia Theaceae dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi 4 kelompok: teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih.
Istilah "teh" juga digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah, rempah-rempah atau tanaman obat lain yang diseduh, misalnya, teh rosehip, camomile, krisan dan Jiaogulan. Teh yang tidak mengandung daun teh disebut teh herbal.

Teh merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Teh bila diminum terasa sedikit pahit yang merupakan kenikmatan tersendiri dari teh.
Teh bunga dengan campuran kuncup bunga melati yang disebut teh melati atau teh wangi melati merupakan jenis teh yang paling populer di Indonesia. Konsumsi teh di Indonesia sebesar 0,8 kilogram per kapita per tahun masih jauh di bawah negara-negara lain di dunia, walaupun Indonesia merupakan negara penghasil teh terbesar nomor lima di dunia.
Syarat Tumbuh
Iklim
  1. Curah hujan sebaiknya tidak kurang dari 2.000 mm/tahun.
  2. Tanaman memerlukan matahari yang cerah. Tanaman teh tidak tahan kekeringan.
  3. Suhu udara harian tanaman teh adalah 13-25 derajat C.
  4. Kelembaban udara kurang dari 70%.
Ketinggian Tempat
Tergantung dari klon, teh dapat tumbuh di dataran rendah pada 100 mdpl sampai di ketinggian lebih dari 1.000 mdpl.

Media Tanaman
  1. Jenis tanah yang cocok untuk teh adalah Andosol, Regosol dan Latosol. Namun teh juga dapat dibudidayakan di tanah Podsolik (Ultisol), Gley Humik, Litosol dan Aluvia. Teh menyukai tanah dengan lapisan atas yang tebal, struktur remah, berlempung sampai berdebu, gembur.
  2. Derajat keasaman tanah (pH) berkisar antara 4,5-6,0.
  3. Berdasarkan ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia dibagi menjadi 2 daerh yaitu:(1) dataran rendah: sampai 800 m dpl; (2) dataran sedang: 800-1.200 m dpl; dan (3) dataran tinggi: lebih dari 1.200 meter dpl. Perbedaan ketinggian tempat menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan kualitas teh.
Pembibitan
Tanaman diperbanyak dengan biji atau stek daun. Dari segi produksi, sebaiknya tanaman diperbanyak dengan stek daun.

Penanaman
Lubang tanam dibuat dengan ukuran 30x30x40 cm untuk bibit asal stump biji dan 20x20x20 cm untuk bibit asal stek. Masukkan pupuk dasar ke dalam lubang yaitu 11 gram urea, 5 gram TSP dan 10 kg KCl. Jika pH tanah > 6, masukkan belerang murni 10-15 gram.

Tanaman pelindung sementara dan tetap sangat diperlukan jika teh ditanam di dataran rendah. Tanaman pelindung sementara adalah Crotalaria sp.dan Tephrosis sp. yang ditanam di antara 2 barisan tanaman teh. Penanaman dilakukan dengan biji setelah teh ditanam.
Tanaman pelindung tetap ditanam jika pelindung sementara sudah tidak bisa dipertahankan (2-3 tahun). Tanaman pelindung tetap ditanam 1 tahun sebelum teh ditanam berupa Albizia falcata, A. sumatrana, A. procera, A. chinensis, Leucaena glabrata, L. glauca, Erythrina subumbrans, Gliricida maculata, Acacia decurens.

Pemeliharaan Tanaman
Dengan pemeliharaan yang baik tanaman teh dapat memberi hasil daun teh yang cukup besar selama 40 tahun. Kebun-kebun teh karenanya perlu senantiasa memperoleh pemupukan secara teratur, bebas serangan hama penyakit tanaman, memperoleh pemangkasan secara baik, memperoleh curah hujan yang cukup. Kebun-kebun teh perlu diremajakan setelah tanaman tehnya berumur 40 tahun ke atas.
 
Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman mati diganti tanaman baru dengan bibit yang sama, penyulaman dimulai dua minggu setelah tanam sampai dua bulan menjelang kemarau. Bibit sulaman yang diperlukan pada tahun pertama adalah 10% dan tahun kedua 5%. Pada tahun ke tiga, tanaman teh mulai menghasilkan (Tanaman Menghasilkan/TM).

Pembubunan
Pohon pelindung berfungsi sebagai sumber pupuk hijau, pangkasan daunnya dihamparkan di antara tanaman teh. Mulsa diberikan pula melalui penanaman rumput Guatemala. Tanaman pelindung sementara dipertahankan sampai tanaman teh berumur 2 tahun.

Pemupukan
Untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan hara, pemupukan pada budidaya teh menggunakan pupuk organik dapat berupa : (1) sampah pangkasan; (2) sisa tumbuhan dan hewan dari lahan yang sama atau lahan yang lain; (3) kompos atau bokasi; (4) sampah organik rumah tangga, kota dan pasar; (5) limbah sampah organik pabrik; (6) limbah sampah peternakan; dan (7) tanaman khusus penghasil bahan organik (pupuk hijau, pohon pelindung dan lain-lain). Selain itu pupuk hijau berguna untuk mempertahankan dan meningkatkan bahan organik tanah yang selanjutnya dapat meningkatkan nitrogen. Pupuk hijau merupakan bentuk khusus daur ulang organik, yaitu :

  • Pupuk hijau dapat dikumpulkan dari daun, cabang, ranting dan rumput yang diangkut ke lapangan untuk disebarkan sebagai mulsa di atas tanah atau dibenam dalam tanah.
  • Pupuk hijau dapat juga ditanam di lapangan dan dibenam selama bera atau sebelum penanaman tanaman utama.
  • Pupuk hijau dapat ditanam secara tumpang sari (intercrop) sebagai mulsa hidup untuk tanaman utama.
  • Pupuk hijau dapat ditanam sebagai alley cropping, pohon atau perdu pupuk hijau ditanam sebagai pagar berjarak beberapa meter dan di antaranya (alley) dapat ditanami tanaman utama.
Pembentukan Bidang Petik
Cara Pemenggalan (centering)
Cara ini dilakukan pada bahan tanaman/bibit asal setek yang ditanam dalam bekong. Pelaksanaan centering adalah sebagai berikut :
  • Setelah bibit ditanam dilapang dan telah menunjukkan pertumbuhan, yaitu kira-kira berumur 4-6 bulan, batang utama di centering setinggi 15-20 cm dengan meninggalkan minimal 5 lembar daun. Apabila pada ketinggian tersebut tidak ada daun maka centering dilakukan lebih tinggi lagi.
  • Kemudian setelah cabang baru tumbuh setinggi 50-60 cm, yaitu kira-kira 6-9 bulan setelah centering dan terdapat cabang yang tumbuh kuat ke atas, maka perlu dipotong (decentering) pada ketinggian 30 cm untuk memacu pertumbuhan ke samping/melebar.
  • Tiga sampai enam bulan kemudian, jika percabangan baru telah tumbuh mencapai ketinggian 60-70 cm, dilakukan pemangkasan selektif bagi cabang (selective cut cross) dibiarkan selama 3-6 bulan, kemudian dijendang (tipping) pada ketinggian 60-65 cm atau 15-20 cm dari bidang pangkas.
Cara Perundukan (bending)
Bending adalah suatu cara pembentukan bidang petik dengan melengkungkan batang utama dan cabang-cabang sekunder tanpa mengurangi bagian-bagian tanaman agar merangsang pertumbuhan tunas pada bagian tersebut. Pelaksanaan bending adalah sebagai berikut :
  • Setelah bibit dipindahkan ke lapangan dan menunjukkan pertumbuhan (4-6 bulan), batang utama dilengkungkan (dirundukkan) dengan membentuk sudut 450 dari permukaan tanah. Untuk melengkungkan batang atau cabang dipergunakan tali bambu, cagak kayu dan lain-lain.
  • Kira-kira 6 bulan setelah bending I, tunas-tunas sekunder telah mencapai panjang 40-50 cm dan dilakukan bending II dengan arah menyebar ke segala arah. Pada umumnya tunas sekunder mempunyai kecepatan tumbuh yang berbeda-beda, sehingga bending dilakukan 2-3 kali sampai cabang menutup ke segala arah.
  • Cabang yang tumbuh kuat ke atas setelah bending II dipotong setinggi 30 cm.
  • Tunas-tunas yang tumbuh setelah bending II (kecuali yang tumbuh kuat ke atas) dibiarkan sampai mencapai ketinggian 60-70 cm (6-9 bulan setelah bending II), kemudian di cut cross/dipangkas setinggi 45 cm.
Pemangkasan
Pemangkasan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
  • Pangkasan pada daerah dataran sedang (800-1.200 dpl), tinggi pangkasan 50–60 cm dengan membersihkan cabang-cabang kecil dan daun-daun serta membiarkan 1–2 cabang berdaun (pangkasan jambul).
  • Pangkasan pada daerah dataran tinggi (> 1.200 dpl), tinggi pangkasan 50–60 cm dengan membersihkan cabang-cabang kecil dan daun (pangkasan bersih), serta membiarkan 1–2 cabang berdaun (pangkasan jambul) terutama pada tanaman muda yang ber­umur kurang dari 10 tahun. Pada umumnya tinggi pangkasan bagi kebun produktif berkisar antara 40-70 cm. Tinggi pangkasan yang lebih rendah dari 40 cm akan menyebabkan percabangan yang terbentuk menjadi terlalu rendah, sehingga akan menyulitkan pemetik dalam melaksanakan pemetikan. Sebaliknya jika lebih tinggi dari 70 cm akan menyulitkan dalam pelaksanaan. Setelah pemangkasan perlu diikuti dengan perlakuan gosok lumut dan pengolahan tanah dengan cara garpu rengat. Berbagai jenis pangkasan hu­bungannya dengan ketinggian pangkasan.
Hama
Helopeltis Antonii 
Serangga dewasa seperti nyamuk, menyerang daun teh dan ranting muda. Bagian yang diserang berbercak coklat kehitaman dan mengering. Serangan pada ranting dapat menyebabkan kanker cabang. Pengendalian: pemetikan dengan daur petik 7 hari, pemupukan berimbang.
Ulat jengkal (Hyposidra talaca, Ectropis bhurmitra, Biston suppressaria) Ulat berwarna hitam atau coklat bergaris putih, menyerang daun muda, pucuk dan daun tua, serangan dapat di kebun atau persemaian. Daun yang diserang bergigi/berlubang. Pengendalian: membersihkan serasah dan gulma, pemupukan berimbang.
Ulat penggulung daun     (Homona aoffearia)
Ulat berukuran 1-2,5 cm menyerang daun teh muda dan tua. Daun tergulung dan terlipat. Pengendalian: cara mekanis, melepas musuh hayati seperti Macrocentrus homonae danElasmus homonae.
Ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma)
Ulat berukuran 2-3 cm berada di dalam gulungan pucuk teh. Pengendalian: cara mekanis, hayati dengan melepas musuh alami Apanteles.
Ulat api (Setora nitens, Parasa lepida, Thosea)
Ulat berbulu menyerang daun muda dan tua, tanaman menjadi berlubang. Pengendalian: cara mekanis, hayati dengan melepas parasit.
Tungau  jingga (Brevipalpus phoenicis)
Berukuran 0,2 mm berwarna jingga, menyerang daun teh tua di bagian permukaan bawah. Terdapat bercak kecil pada pangkal daun, tungau membentuk koloni di pangkal daun, Lalu serangan menuju ujung daun, daun mengering dan rontok. Pengendalian: dengan cara mekanis, pengendalian gulma, pemupukan berimbang, predator Amblyseius. 

Penyakit
Cacar teh Penyebab: jamurExobasidium vexans. Menyerang daun dan ranting muda. Gejala: bintik-bintik kecil tembus cahaya dengan diameter 0,25 mm, pada stadium lanjut pusat bercak menjadi coklat dan terlepas sehingga daun bolong. Pengendalian: mengurangi pohon pelindung, pemangkasan sejajar permukaan tanah, pemetikan dengan daur pendek (9 hari), penanaman klon tanah cacar PS 1, RB 1, Gmb1, Gmb 2, Gmb 3, Gmb 4, Gmb 5, fungisida.
Busuk daun
Penyebab: jamur Cylindrocladum scoparium. Gejala: daun induk berbercak coklat dimulai dari ujung/ketiak daun, daun rontok, setek akan mati. Pengendalian: mencelupkan stek ke dalam fungisida. Jika persemaian terserang semprotkan benomyl 0,2%.
Mati ujung pada bidang petik
Penyebab: jamurPestalotia tehae. Sering menyerang klon TRI 2024. Gejala: bekas petikan berbercak coklat dan meluas ke bawah dan mengering, pucuk baru tidak terbentuk. Pengendalian: pemupukan tepat waktu, pemetikan tidak terlalu berat, fungisida yang mengandung tembaga.
Penyakit akar merah anggur
Di dataran rendah 900 meter dpl terutama tanah Latosol. Penularan melalui kontak akar. Penyebab: jamur Ganoderma pseudoferreum. Gejala: tanaman menguning, layu, mati. Pengendalian: membongkar dan membakar teh yang sakit, menggali selokan sedalam 60-100 cm di sekeliling tanaman sehat, fumigasi metil bromida atau Vapam.
Penyakit akar merah bata
Penyebab: jamur Proria hypolatertia. Di dataran tinggi 1.000-1.500 mdpl. Ditularkan melalui kontak akar, Gejala: sama dengan penyakit akar merah anggur. Pengendalian: sama dengan penyakit akar merah anggur.
Penyakit akar hitam
Penyebab: jamur Rosellinia arcuata di daerah 1.500 meter dpl dan R. bunodes di daerah 1.000 meter dpl. Gejala: daun layu, menguning, rontok dan tanaman mati, terdapat benang hitam di bagian akar, di permukaan kayu akar terdapat benang putih (R. arcuata) atau hitam (R. bunodes). Pengendalian: sama dengan penyakit akar umumnya.
Jamur akar coklat, jamur kanker belah, jamur leher akar, jamur busuk akar , jamur akar hitam. Menyerang akar, pengendalian: sama dengan penyakit akar umumnya. 

Gulma
Pengendalian gulma di areal TBM:
  1. Cara mekanis, dengan mencabut gulma, memotong gulma di permukaan dan di bawah tanah.
  2. Cara kimia, menggunakan herbisida pra tumbuh Goal 2E (1-2 L/ha), Caragard 70 WP (2-3 kg/ha), Simazine (2-3 kg/ha), Sencor 70 WP (0,5-1,0 kg/ha).
Pengendalian gulma di areal TM:
  1. Melaksanakan kultur teknis dengan tepat, pemetikan rata agar tajuk menutup tanah, penyulaman intensif dan pemulsaan.
  2. Cara mekanis dengan mencabut gulma, memotong gulma di permukaan dan di bawah tanah.
  3. Cara kimia dengan herbisida pra tumbuh seperti Karmex 70 WP (1-1,5 kg/ha), Nitrox 70 WP (1-1,5 kg/ha), Caragard 80 WP (2-3 kg/ha) atau Goal 2E (1-2 L/ha).
Panen
Ciri dan Umur Panen
Pada tanaman teh, panen berarti memetik pucuk/daun teh muda yang berkualitas dalam jumlah sebesar-besarnya dengan memperhatikan kestabilan produksi dan kesehatan tanaman. Tanaman memasuki saat dipetik setelah berumur 3 tahun. Daun yang dipetik  adalah:
  1. Peko: Pucuk/tunas yang sedang tumbuh aktif
  2. Burung: Pucuk/tunas yang sedang istirahat
  3. Kepel: Daun kecil yang terletak di ketiak daun tempat ranting tumbuh.
Cara Panen
Terdapat tiga macam petikan teh, yaitu:
  1. Petikan jendangan, petikan pertama setelah pangkasan untuk membentuk bidang petik agar datar dan rata.
  2. Petikan produksi, dilakukan setelah petikan jendangan:
  • Semua tunas yang melewati bidang petik dan memenuhi rumus petik harus diambil, tunas yang melewati bidang petik tetapi belum memenuhi rumus petik dibiarkan.
  • Tunas yang terlalu muda harus diambil.
  • Semua pucuk burung diambil.
  • Tunas cabang yang menyamping dan tingginya tidak lebih dari bidang pangkas dibiarkan.
  1. Petikan gandesan, dilakukan di kebun yang akan dipangkas dengan cara memetik semua pucuk tanpa melihat rumus petik.
Periode Panen
Panjang pendeknya periode pemetikan ditentukan oleh umur dan kecepatan pembentukan tunas, ketinggian tempat, iklim dan kesehatan tanaman. Pucuk teh dipetik dengan periode antar 6-12 hari. Teh hijau Jepang dipanen dengan frekuensi yang lebih lama yaitu 55 hari sekali.

Pascapanen 
Waktu memetik teh, jangan menggenggam pucuk terlalu banyak. Pucuk hasil petikan ditempatkan di dalam keranjang 10 kg yang digendong di atas punggung. Waring (keranjang bambu) digunakan untuk menampung hasil petikan dengan ukuran minimal 150 x 160 cm dengan daya muat 20 kg (maksimal 25 kg). Tempatkan waring dalam keadaan terbuka dan tidak ditumpuk di tempat teduh (di los).

0 komentar :

Posting Komentar