Pala (Myristica Fragan Haitt) merupakan tanaman buah berupa pohon tinggi asli Indonesia, karena tanaman ini berasal dari Banda dan Maluku. Tanaman pala menyebar ke Pulau Jawa, pada saat perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang melewati pulau Jawa pada tahun 1271 sampai 1295 pembudidayaan tanaman pala terus meluas sampai Sumatera. Akibat nilainya yang tinggi sebagairempah-rempah, buah dan biji pala telah menjadi komoditi perdagangan yang penting sejak masa Romawi. Pala disebut-sebut dalam ensiklopedia karya Plinius "Si Tua". Semenjak zaman eksplorasi Eropa pala tersebar luas di daerah tropika lain seperti Mauritius dan Karibia (Pulau Grenada). Istilah pala juga dipakai untuk biji pala yang diperdagangkan.
Tumbuhan ini berumah dua (dioecious) sehingga dikenal pohon jantan dan pohon betina. Daunnya berbentuk elips langsing. Buahnya berbentuk lonjong seperti lemon, berwarna kuning, berdaging dan beraroma khas karena mengandung minyak atsiri pada daging buahnya. Bila masak, kulit dan daging buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah. Satu buah menghasilkan satu biji berwarna coklat. Pala dipanen biji, salut bijinya (arillus), dan daging buahnya. Dalam perdagangan, salut biji pala dinamakan fuli, atau dalam bahasa Inggris disebutmace, dalam istilah farmasi disebut myristicae arillus atau macis). Daging buah pala dinamakan myristicae fructus cortex. Panen pertama dilakukan 7 sampai 9 tahun setelah pohonnya ditanam dan mencapai kemampuan produksi maksimum setelah 25 tahun. Tumbuhnya dapat mencapai 20m dan usianya bisa mencapai ratusan tahun. Sebelum dipasarkan, biji dijemur hingga kering setelah dipisah dari fulinya. Pengeringan ini memakan waktu enam sampai delapan minggu. Bagian dalam biji akan menyusut dalam proses ini dan akan terdengar bila biji digoyangkan. Cangkang biji akan pecah dan bagian dalam biji dijual sebagai pala. Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14%. Bubuk pala dipakai sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran, dan minuman penyegar (seperti eggnog). Minyaknya juga dipakai sebagai campuran parfum atau sabun.
Tumbuhan ini berumah dua (dioecious) sehingga dikenal pohon jantan dan pohon betina. Daunnya berbentuk elips langsing. Buahnya berbentuk lonjong seperti lemon, berwarna kuning, berdaging dan beraroma khas karena mengandung minyak atsiri pada daging buahnya. Bila masak, kulit dan daging buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah. Satu buah menghasilkan satu biji berwarna coklat. Pala dipanen biji, salut bijinya (arillus), dan daging buahnya. Dalam perdagangan, salut biji pala dinamakan fuli, atau dalam bahasa Inggris disebutmace, dalam istilah farmasi disebut myristicae arillus atau macis). Daging buah pala dinamakan myristicae fructus cortex. Panen pertama dilakukan 7 sampai 9 tahun setelah pohonnya ditanam dan mencapai kemampuan produksi maksimum setelah 25 tahun. Tumbuhnya dapat mencapai 20m dan usianya bisa mencapai ratusan tahun. Sebelum dipasarkan, biji dijemur hingga kering setelah dipisah dari fulinya. Pengeringan ini memakan waktu enam sampai delapan minggu. Bagian dalam biji akan menyusut dalam proses ini dan akan terdengar bila biji digoyangkan. Cangkang biji akan pecah dan bagian dalam biji dijual sebagai pala. Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14%. Bubuk pala dipakai sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran, dan minuman penyegar (seperti eggnog). Minyaknya juga dipakai sebagai campuran parfum atau sabun.
Jenis Tanaman
Tanaman pala memiliki beberapa jenis, antara lain: 1) Myristica fragrans Houtt, 2) Myristica argentea Ware, 3) Myristica fattua Houtt, 4) Myristica specioga Ware, 5) Myristica Sucedona BL, 6) Myristica malabarica Lam.
Jenis pala yang banyak diusahakan adalah terutama Myristica fragrans, sebab jenis pala ini mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi daripada jenis lainnya. Disusul jenis Myristica argentea dan Myristica fattua. Jenis Myristica specioga, Myristica sucedona, dan Myristica malabarica produksinya rendah sehingga nilai ekonomisnya pun rendah pula.
Manfaat Tanaman
Selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan kosmetik.
1) Kulit batang dan daun
Batang/kayu pohon pala yang disebut dengan “kino” hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Kulit batang dan daun tanaman pala menghasilkan minyak atsiri
2) Fuli
Fuli adalah benda
untuk menyelimuti biji buah pala yang berbentuk seperti anyaman pala, disebut
“bunga pala”. Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak dijual didalam negeri.
3) Biji pala
Biji pala tidak
pernah dimanfaatkan oleh orang-orang pribumi sebagai rempahrempah. Buah pala
sesungguhnya dapat meringankan semua rasa sakit dan rasa nyeri yang disebabkan
oleh kedinginan dan masuk angin dalam lambung dan usus. Biji pala sangat baik
untuk obat pencernaan yang terganggu, obat muntahmuntah dan lain-lainya.
Daging buah pala
sangat baik dan sangat digemari oleh masyarakat jika telah diproses menjadi
makanan ringan, misalnya: asinan pala, manisan pala, marmelade, selai pala,
kKristal daging buah pala.
Sentra Penanaman
Budidaya Pala
Jika dilihat data
pada tahun 1971 lalu, luas tanaman pala di Indonesia sekitar 22.809 hektar
dengan daerah penyebaran yang terpusat di Sulawesi, Irian Jaya. Aceh dan Maluku.
Syarat Tumbuh
Budidaya Pala
Tanaman
pala memerlukan tanah yang subur dan gembur, terutama tanah-tanah vulkanis,
miring atau memiliki pembuangan air atau drainase yang baik. Tanaman pala akan
tumbuh baik pada tanah berstruktur dari pasir bercampur lempung (loam). Makin
rendah kandungan liat semakin baik untuk pertumbuhan tanaman pala. Keadaan pH
tanah dengan kemasaman sedang sampai netral (pH 5,5-7,0) sangat cocok untuk
pertumbuhan tanaman pala, karena kimia maupun biologi tanah berada pada titik
optimum.
Iklim
1) Tanaman pala juga
membutuhkan iklim yang panas dengan curah hujan yang tinggi dan agak
merata/tidak banyak berubah sepanjang tahun.
2) Suhu udara
lingkungan 20-30 derajat C sedangkan, curah hujan terbagi secara teratur
sepanjang tahun. Tanaman pala tergolong jenis tanaman yang tahan terhadap musim
kering selama beberapa bulan.
Media Tanam
1) Tanaman ini
membutuhkan tanah yang gembur, subur dan sangat cocok pada tanah vulkasnis yang
mempunyai pembuangan air yang baik. Tanaman pala tumbuh baik di tanah yang
bertekstur pasir sampai lempung dengan kandungan bahan organis yang tinggi.
2) Sedangkan pH tanah
yang cocok untuk tanaman pala adalah 5,5-6,5. Tanaman ini peka terhadap
gangguan air, maka untuk tanaman ini harus memiliki saluran drainase yang baik.
3) Pada tanah-tanah
yang miring seperti pada lereng pegunungan, agar tanah tidak mengalami erosi
sehingga tingkat kesuburannya berkurang, maka perlu dibuat teras-teras
melintang lereng.
Ketinggian Tempat
Tanaman pala dapat
tumbuh baik di daerah yang mempunyai ketinggian 500-700 mdpl. Sedangkan pada
ketinggian di atas 700 m, produksitivitas tanaman akan rendah.
Pedoman dan Cara Budidaya
Pala
Pembibitan
1) Perbanyakan Cara
Generatif (Biji)
a) Pemilihan Biji
Perbanyakan dengan
biji dapat dilakukan dengan mengecambahkan biji. Dalam hal ini biji yang
digunakan berasal dari:
1. Biji sapuan: biji
yang dikumpulkan begitu saja tanpa diketahui secara jelas dan pasti mengenai
pohon induknya.
2. Biji terpilih:
biji yang asalnya atau pohon induknya diketahui dengan jelas. Dalam hal ini ada
3 macam biji terpilih, yaitu: (1) biji legitiem, yaitu biji yang diketahui
dengan jelas pohon induknya (asal putiknya jelas diketahui); (2) biji illegitiem,
yaitu biji yang berasal dari tumpang sari tidak diketahui, tetapi asal putiknya
jelas diketahui; (3) biji Propellegitiem, yaitu biji yang terjadi hasil persilangan
dalam satu kebun yang terdiri dua klon atau lebih.
Biji-biji yang akan
digunakan sebagai benih harus berasal dari buah pala yang benar-benar masak.
Buah pala bijinya akan digunakan sebagai benih hendaknya berasal dari pohon
pala yang mempunyai sifat-sifat: (1) pohon dewasa yang tumbuhnya sehat; (2)
mampu berproduksi tinggi dan kwalitasnya baik.
Berdasarkan Surat
Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan Nomor KB.010/42/SK/ DJ. BUN/9/1984,
telah ditetapkan dan dipilih pohon induk yang dapat dipergunakan sebagai sumber
benih yang tersebar di 4 propinsi, yaitu: Sumatera Barat, Jawa Barat, Sulawesi
Utara dan Maluku. Biji-biji dari pohon induk terpilih yang akan digunakan
sebagai benih harus diseleksi, yaitu dipilih biji-biji yang ukurannya besar
dengan bobot minimum 50 gram/biji, berbentuk agak bulat dan simetris, kulit
biji berwarna coklat kehitam-hitaman dan mengkilat, tidak terserang oleh hama
dan penyakit.
Buah pala yang
dipetik dari pohon dan akan dijadikan benih harus segera diambil bijinya,
paling lambat dalam waktu 24 jam biji-biji tersebut harus sudah disemaikan. Hal
ini disebabkan oleh sifat biji pala yang daya berkecambahnya dapat cepat
menurun.
b) Penyemaian
Tanah tempat
penyemaian harus dekat sumber air untuk lebih memudahkan melakukan penyiraman
pesemaian. Tanah yang akan dipakai untuk penyemaian harus dipilih tanah yang
subur dan gembur. Tanah diolah dengan cangkul dengan kedalaman olakan sekitar
20 cm dan dibuat bedengan dengan
ukuran lebar sekitar
1,5 cm dan panjangnya 5-10 cm, tergantung biji pala yang akan disemaikan.
Bedengan dibuat membujur Utara-Selatan. Kemudian tanah yang sudah diolah
tersebut dicampuri dengan pupuk kandang yang sudah jadi (sudah tidak mengalami
fermentasi) secara merata secukupnya supaya tanah bedengan tersebut menjadi
gembur. Sekeliling bedengan dibuka selokan kecil yang berfungsi sebagai saluran
drainase.
Bedengan diberi
peneduh dari anyaman daun kelapa/jerami dengan ukuran tinggi sebelah Timur 2 m
dan sebelah Barat 1 m. maksud pemberian peneduh ini adalah agar pesemaian hanya
terkena sinar matahari pada pagi sampai menjelang siang hari dan pada siang
hari yang panas terik itu persemaian itu terlindungi oleh peneduh.
Tanah bedengan
disiram air sedikit demi sedikit sehingga kebasahannya merata dan tidak sampai
terjadi genangan air pada bedengan. Kemudian biji-biji pala disemaikan dengan
membenamkan biji pala sampai sedalam sekiat 1 cm di bawah permukaan tanah
bedengan. Jarak persemaian antar-biji adalah 15X15 cm. Posisi dalam membenamkan
biji/benih harus rapat, yakni garis putih pada kulit biji terletak di bawah.
Pemeliharaan pesemaian terutama adalah menjaga tanah bedengan tetap dalam
keadaan basah (disiram dengan air) dan menjaga agar tanah bedengan tetap bersih
dari gulma).
Setelah biji
berkecambah yaitu sudah tumbuh bakal batangnya. Maka bibit pada pesemaian
tersebut dapat dipindahkan ke kantong polybag yang berisi media tumbuh berupa
tanah gembur yang subur dicampur dengan pupuk kandang. Pemindahan bibit dari
pesemaian ke kantong polybag harus dilakukan secara hati-hati agar perakarannya
tidak rusak.
Polybag yang sudah
berisi bibit tanaman harus diletakkan pada tempat yang terlindung dari sinar
matahari/diletakkan berderet-deret dan diatasnya diberi atap pelindung berupa
anyaman daun kelapa/jerami.
Pemeliharaan dalam
polybag terutama adalah menjaga agar media tumbuhnya tetap bersih dari gulma
dan menjaga media tumbuh dalam keadaan tetap basah namun tidak tergantung air.
Agar tidak tergenang air, bagian bawahnya dari polybag harus diberi lubang
untuk jalan keluar air siraman/air hujan.
Bibit-bibit tersebut
dapat dilakukan pemupukan ringan, yakni dengan pupuk TSP dan urea masing-masing
sektar 1 gram tiap pemupukan. Pupuk ditaruh di atas permukaan media tumbuh
kemudian langsung disiram. Pemupukan dilakukan 2 kali dalam setahun, yakni pada
awal musim hujan dan pada akhir musim hujan. Setelah bibit tanaman mempunyai 3-5
batang cabang, maka bibit ini dapat dipindahkan/ditanam di lapangan.
2) Perbanyakan Cara
Cangkok (Marcoteren)
Perbanyakan tanaman
pala dengan cara mencangkok bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang mempunyai
sifat-sifat asli induknya (pohon yang dicangkok).
Hal yang diperhatikan
dalam memilih batang/cabangyang akan dicangkok adalah dari pohon yang tumbuhnya
sehat dan mampu memproduksi buah cukup banyak, pohon yang sudah berumur 12-15
tahun. Batang/cabang yang sudah berkayu, tetapi tidak terlalu tua/terlalu muda.
Cara mencangkok (marcotern):
a) Batang/cabang
dikelupas kulitnya dengan pisau tajam secara melingkar sepanjang 3-4 cm. Posisi
cangkokan sekitar 25 cm dari pangkal batang/cabang. Lendir/kambium yang
melapisi kayu dihilangkan dengan cara disisrik kambiumnya, batang yang akan
dicangkok tersebut dibiarkan selama beberapa jam sampai kayunya yang tampak itu
kering benar.
b) Ambillah tanah
yang gembur dan sudah dicampuri dengan pupuk kandang dalam keadaan basah dan
menggumpal. Kemudian tanah tersebut ditempelkan/dibalutkan pada bagian batang
yang telah dikuliti berbentuk gundukan tanah. Gundukan tanah tersebut kemudian
dibalut dengan sabut kelapa/plastik. Agar tanah dapat melekat erat pada batang
yang sudah dikuliti, maka sabut kelapa/plastik pembalut itu diikat dengan tali
secara kuat pada bagian bawa, bagian tengah dan bagian atas. Bila menggunakan
pembalut dari palstik, maka bagian atas dan bagian bawah harus diberi lubang
kecil untuk memasukkan air siraman (lubang bagian atas) dan sebagai saluran
drainase
(lubang bagian
bawah).
Bila pencangkokkan
ini berhasil dengan baik, maka setelah 2 bulan akan tumbuh perakarannya. Jika
perakaran cangkokkan itu sudah siap untuk dipotong dan dipindahkan keranjang
atau ditanam langsung di lapangan.
3) Perbanyakan Cara
Peyambungan (Enten Dan Okulasi)
Sistem penyambungan
ini adalah menempatkan bagian tanaman yang dipilih pada bagian tanaman lain
sebagai induknya sehingga membentuk satu tanaman bersama. Sistem penyambungan
ini ada dua cara, yakni:
a) Penyambungan Pucuk
(entern, grafting)
Penyambungan pucuk
ini ada tiga macam yaitu :
1. Enten celah
(batang atas dan batang bawah sama besar)
2. Enten pangkas atau
kopulasi
3. Enten sisi (segi
tiga)
b) Penyambungan mata (okulasi)
Penyambungan mata ada
tiga macam yaitu :
1. Okulasi biasa
(segi empat)
2. Okulasi “T”
3. Forkert
Setelah 3-4 bulan
sejak penyambungan dengan sistem enten atau okulasi itu dilakukan dan jika
telah menunjukkan adanya pertumbuhan batang atas (pada penyambungan enten) dan
mata tunas (pada penyambungan okulasi), tanaman sudah dapat ditanam di
lapangan.
4) Perbanyakan Cara
Penyusuan (Inarching Atau Approach Grafting)
Dalam sistem
penyusuan ini, ukuran batang bawah dan batang atas harus sama besar (kurang
lebih besar jari tangan orang dewasa). Cara melakukannya adalah sebagai
berikut:
a) Pilihlah calon
bawah dan batang atas yang mempunyai ukuran sama.
b) Lakukanlah
penyayatan pada batang atas dan batang bawah dengan bentuk dan ukuran sampai
terkena bagian dari kayu.
c) Tempelkan batang
bawah tersebut pada batang atas tepat pada bekas sayatan tadi dan ikatlah pada
batang atas tepat pada bekas sayatan dan ikat dengan kuat tali rafia.
Setelah beberapa
waktu, kedua batang tersebut akan tumbuh bersama-sama seolah-olah batang bawah
menyusu pada batang atas sebagai induknya. Dalam waktu 4–6 minggu, penyusuan
ini sudah dapat dilihat hasilnya. Jika batang atas daun-daunnya tidak layu,
maka penyusuan itu dapat dipastikan berhasil. Setelah 4 bulan, batang bagian
bawah dan bagian atas sudah tidak diperlukan lagi dan boleh dipotong serta
dibiarkan tumbuh secara sempurna. Jika telah tumbuh sempurna, maka bibit dari
hasil penyusuan tersebut sudah dapat ditanam di lapangan.
5) Perbanyakan Cara
Stek
Tanaman pala dapat
diperbanyak dengan stek tua dan muda yang dengan 0,5% larutan hormaon IBA.
Penyetekan menggunakan hormon IBA 0,5%, biasanya pada umur 4 bulan setelah
dilakukan penyetekan sudah keluar akar-akarnya. Kemudian tiga bulan berikutnya
sudah tumbuh perakaran yang cukup banyak. Percobaan lain adalah dengan
menggunakan IBA 0,6% dalam bentuk kapur. Penyetekan dengan menggunakan IBA
0,6%, biasanya setelah 8 minggu sudah terbentuk kalus di bagian bawah stek.
Kemudian jika diperlukan untuk kedua kalinya dengan larutan IBA 0,5%, maka
setelah 9 bulan kemudian sudah tampak perakaran.
Pengolahan Media
Tanam Budidaya Pala
Kebun untuk tanaman
pala perlu disiapkan sebaik-baiknya, di atas lahan masih terdapat semak belukar
harus dihilangkan. Kemudian tanah diolah agar menjadi gembur sehingga aerasi
(peredaran udara dalam tanah) berjalan dengan baik. Pengolahan tanah sebaiknya
dilakukan pada musim kemarau supaya proses penggemburan tanah itu dapat lebih
efektif.
Pengolahan tanah pada
kondisi lahan yang miring harus dilakukan menurut arah melintang lereng.
Pengolahan tanah dengan cara ini akan membentuk alur yang dapat mencegah aliran
permukaan tanah/menghindari erosi.
Pada tanah yang
kemiringan 20% perlu dibuat teras-teras dengan ukuran lebar sekitar 2 m, dapat
pula dibuat teras tersusun dengan penanaman sistem kountur, yaitu dapat
membentuk teras guludan, teras kredit/teras bangku.
Teknik Penanaman dalam
Budidaya Pala
Penanaman bibit
dilakukan pada awal musim hujan. Hal ini untuk mencegah agar bibit tanaman
tidak mati karena kekeringan, bibit tanaman yang berasal dari biji dan sudah
mempunyai 3–5 batang cabang biasanya sudah mampu beradaptasi dengan kondisi
lingkungan sehingga pertumbuhannya dapat baik.
Penanaman yang
berasal dari biji dilakukan dengan cara sebagai berikut: polybag (kantong
pelastik) di lepaskan terlebih dahulu, bibit dimasukkan kedalam lubang tanam
dan permukaan tanah pada lubang tanam tersebut dibuat sedikit dibawah permukaan
lahan kebun. Setelah bibit-bibit tersebut ditanam, kemudian lubang tanam
tersebut disiram dengan air supaya media tumbuh dalam lubang menjadi basah.
Bila bibit pala yang
berasal dari cangkok, maka sebelum ditanam daun-daunnya harus dikurangi terlebih
dahulu untuk mencegah penguapan yang cepat. Lubang tanam untuk bibit pala yang
berasal dari cangkang perlu dibuat lebih dalam. Hal ini dimaksudkan agar
setelah dewasa tanaman tersebut tidak roboh karena sistem akaran dari bibit
cangkokan tidak memiliki akar tunggang. Setelah bibit di tanam, lubang tanam
harus segera disiram supaya media tumbuhan menjadi basah.
Penanaman bibit pala
yang berasal dari enten dan okulasi dapat dilakukan seperti menanam bibit-bibit
pala yang berasal dari biji. Lubang tanaman perlu dipersiapkan satu bulan
sebelum bibit ditanam. Hal ini bertujuan agar tanah dalam lubangan menjadi
dayung (tidak asam), terutama jika pembuatannya pada musim hujan, lubang tanam
dibuat dengan ukuran 60x60x60 cm untuk jenis tanah ringan dan ukuran 80x80x80
cm untuk jenis tanah liat.
Dalam menggali lubang
tanam, lapisan tanah bagian atas harus dipisahkan dengan lapisan tanah bagian
bawah, sebab kedua lapisan tanah ini mengandung unsur yang berbeda. Setelah
beberapa waktu, tanah galian bagian bawah di masukkan lebih dahulu, kemudian
menyusul tanah galian bagian atas yang telah dicampur dengan pupuk kandang
secukupnya.
Jarak tanam yang baik
untuk tanaman pala adalah: pada lahan datar adalah 9x10 m. Sedangkan pada lahan
bergelombang adalah 9x9 m.
Pemeliharaan Tanaman
Untuk mencegah
kerusakan atau bahkan kematian tanaman, maka perlu diusahakan tanaman pelindung
yang pertumbuhannya cepat, misalnya tanaman jenis Clerisidae atau jauh
sebelumnya bibit pala di tanam, lahan terlebih dahulu di tanami jenis tanaman
buah-buahan/tanaman kelapa.
1) Penyulaman harus
dilakukan dilakukan jika bibit tanaman pala itu mati/pertumbuhannya kurang
baik.
2) Pada akhir musim
hujan, setelah pemupukan sebaiknya segera dilakukan penyiraman agar pupuk dapat
segera larut dan diserap akar. Pada waktu tanaman masih muda, pemupukan dapat
dilakukan dengan pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk anorganik ( pupuk
kimia sama dengan pupuk buatan) yaitu berupa TSP, Urea dan KCl. Namun jika
tanaman sudah dewasa/sudah tua, pemupukan
yang dan lebih
efektif adalah pupuk anorganik. Pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun,
yaitu pada awal musim hujan dan pada akhir musim hujan.
3) Sebelum pemupukan
dilakukan, hendaknya dibuat parit sedalam 10 cm dan lebar 20 cm secara
melingkar di sekitar batang pokok tanaman selebar kanopi (tajuk pohon),
kemudian pupuk TSP, Urea dan KCl ditabur dalam parit tersebut secara merata dan
segera ditimbun tanah dengan rapat. Jika pemupukan di lakukan pada awal musim
hujan, setelah dilakuakan pada akhir musim hujan, maka untuk membantu pelarutan
pupuk dapat dilakukan penyiraman, tetapi jika kondisinya masih banyak turun
hujan tidak perlu dilakukan penyiraman.
Hama dan Penyakit
dalam Budidaya Pala
Hama
1) Penggerek batang (Batocera
sp)
Tanaman pala yang
terserang oleh hama ini dalam waktu tertentu dapat mengalami kematian. Gejala:
terdapat lubang gerekan pada batang diameter 0,5-1 cm, di mana didapat serbuk
kayu. Pengendalian: (1) menutup lubang gerekan dengan kayu/membuat
lekukan pada lubang gerekan dan membunuh hamanya. (2) memasukkan/menginjeksikan
(menginfuskan) racun serangga ke dalam batang pohon pala menggunakan alat bor, dan
lubang tersebut segera ditutup kembali setelah pemberian racun.
2) Anai-Anai / Rayap
Hama anai-anai mulai
menyerang dari akar tanaman, masuk ke pangkal batang dan akhirnya sampai ke
dalam batang. Gejala: terjadinya bercak hitam pada permukaan batang,
jika bercak hitam itu dikupas, maka sarang dan saluran yang dibuat oleh
anai-anai (rayap) akan kelihatan. Pengendalian: menyemprotkan larutan
insektisida pada tanah di sekitar batang tanaman yang diserang, insektisida
disemprotkan pada bercak hitam supaya dapat merembes kedalam sarang dan
saluran-saluran yang dibuat oleh anai-anai tersebut.
3) Kumbang Aeroceum
fariculatus
Hama kumbang
berukuran kecil dan sering menyerang biji pala. Imagonnya menggerek biji dan
meletakkan telur di dalamnya. Di dalam biji tersebut, telur akan menetas dan
menjadi larva yang dapat menggerek biji pala secara keseluruhan. Pengendalian:
mengeringkan secepatnya biji pala setelah diambil dari buahnya.
Penyakit
1) Kanker batang
Gejala: terjadinya
pembengkakan batang, cabang atau ranting tanaman yang diserang. Pengendalian:
membersihkan kebun dari semak belukar, memangkas bagian yang terserang dan
dibakar.
2) Belah putih
Penyebab: cendawan coreneum
sp. yang dapat menyebabkan buah terbelah dan gugur sebelum tua. Gejala:
terdapat bercak-bercak kecil berwarna ungu kecoklatcoklatan pada bagian kuliat
buah. Bercak-bercak tersebut membesar dan berwarna hitam. Pengendalian:
(1) membuat saluran pembuangan air (drainase) yang baik; (2) pengasapan dengan
belerang di bawah pohon dengan dosis 100 gram/tanaman.
3) Rumah Laba-Laba
Menyerang cabang,
ranting dan daun. Gejala: daun mengering dan kemudian diikuti
mengeringnya ranting dan cabang. Pengendalian: memangkas cabang, ranting
dan daun yang terserang, kemudian dibakar.
4) Busuk buah kering
Penyebab: jamur Stignina
myristicae. Gejala: berupa bercak berwarna coklat, bentuk bulat dan
cekung dengan ukuran bercak bervariasi, yakni dari yang berukuran sangat kecil
sampai sekitar 3 cm; pada kulit buah tampak gugusangugusan jamur berwarna hijau
kehitam-hitaman dan akhirnya bercak-bercak tersebut terjadi kering dan keras. Pengendalian:
(1) kondisi kelembaban di sekitar pohon pala perlu dikurangi, misalnya dengan
mengurang kerimbunan pohonpohon lain di sekitar pala dengan memangkas sebagian
cabang-cabangnya yang berdaun rimbun, kemudian tanah di sekitar pohon
dibersihkan, tidak terdapat gulma atau tanaman-tanaman perdu lainnya; (2) buah
pala dan daun yang terserang penyakit ini segera dipetik dan dipendam dalam
tanah; (3) dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida secara yang rutin,
yakni 2-4 minggu sekali, baik pada saat ada serangan maupun tidak ada serangan
dari penyakit ini, fungsida yang dapat digunakan adalah yang mengandung bahan
aktif mancozeb, karbendazim dan benomi.
5) Busuk buah basah
Penyebab: jamur Collectotrichum
gloeosporiodes, yang menyerang atau menginfeksi buah yang luka. Gejala:
buah pala tampak busuk warna coklat yang sifatnya lunak dan basah; gejala ini
timbul pada sekitar tangkai buah yang melekat pada buah sehingga buah mudah
gugur. Pengendalian: dengan busuk buah kering.
6) Gugur buah muda
Gejala: adanya buah muda
yang gugur. Penyebab: penyakit ini belum diketahui dengan jelas. Pengendalian:
dengan mengkombinasikan (memadukan) antara pemupukan dan pemberian fungisida.
Panen
Ciri dan Umur Panen
Umumnya pohon pala
mulai berbuah pada umur 7 tahun dan pada umur 10 tahun telah berproduksi secara
menguntungkan. Produksi pada akan terus meningkat dan pada umur 25 tahun
mencapai produksi tertinggi. Pohon pala terus berproduksi sampai umur 60-70
tahun. Buah pala dapat dipetik (dipanen) setelah cukup masak (tua), yakni yaitu
sekitar 6-7 bulan sejak mulai bunga dengan tanda-tanda buah pala yang sudah
masak adalah jika sebagian dari buah tersebut tersebut murai merekah (membelah)
melalui alur belahnya dan terlihat bijinya yang diselaputi fuli warna merah.
Jika buah yang sudah mulai merekah dibiarkan tetap dipohon selama 2-3 hari,
maka pembelahan buah menjadi sempurna (buah berbelah dua) dan bijinya akan
jatuh di tanah.
Di Daerah Banda,
dikenal 3 macam waktu panen tiap tahun, yaitu: (1) panen raya/besar
(pertengahan musim hujan); panen lebih sedikit (awal musim hujan) dan panen
kecil (akhir musim hujan). Panen buah pala pada permulaan musim hujan memberikan
hasil paling baik (berkualitas tinggi) dan bunga pala (fuli) yang paling tebal.
Cara Pemetikan
Pemetikan buah pala
dapat dilakukan dengan galah bambu yang ujungnya diberi/dibentuk keranjang
(jawa: sosok). Selain itu dapat pula dilakukan dengan memanjat dan memilih
serta memetik buah-buah pala yang sudah masak benar.
Pascapanen
Pemisahan Bagian Buah
Setelah buah-buah pala
masak dikumpulkan, buah yang sudah masak dibelah dan antara daging buah, fuli
dan bijinya dipisahkan. Setiap bagian buah pala tersebut ditaruh pada wadah
yang kondisinya bersih dan kering. Biji-biji yang terkumpul perlu disortir dan
dipilah-pilahkan menjadi 3 macam yaitu: (1) yang gemuk dan utuh; (2) yang kurus
atau keriput; dan (3) yang cacat.
Pengeringan Biji
Biji pala yang
diperoleh dari proses ke-I tersebut segera dijemur untuk menghindari serangan
hama dan penyakit. Biji dijemur dengan panas matahari pada lantai jemur/tempat
lainnya. Pengeringan yang terlalu cepat dengan panas yang lebih tinggi akan
mengakibatkan biji pala pecah. Biji pala yang telah kering ditandai dengan
terlepas bagian kulit biji (cangkang), jika digolongkan akan kocak dan kadar airnya
sebesar 8-10%.
Biji-biji pala yang
sudah kering, kemudian dipukul dengan kayu supaya kulit buijinya pecah dan
terpisah dengan isi biji. Isi biji yang telah keluar dari cangkangnya tersebut
disortir berdasarkan ukuran besar kecilnya isi biji:
a) Besar: dalam 1 kg
terdapat 120 butir isi biji.
b) Sedang: dalam 1 kg
terdapat sekitar 150 butir isi biji.
c) Kecil: dalam 1 kg
terdapat sekitar 200 butir isi biji.
Isi biji yang sudah
kering, kemudian dilakukan pengapuran. Pengapuran biji pala yang banyak
dilakukan adalah pengapuran secara basah, yaitu:
a) Kapur yang sudah
disaring sampai lembut dibuat larutan kapur dalam bak besar/bejana (seperti
yang digunakan untuk mengapur atau melabur dinding/tembok).
b) Isi biji pala
ditaruh dalam keranjang kecil dan dicelupkan dalam larutan kapur sampai 2–3
kali dengan digoyang-goyangkan demikian rupa sehingga air kapur menyentuh semua
isi biji.
c) Selanjutnya isi
biji itu diletakkan menjadi tumpukan dalam gudang untuk dianginanginkan sampai
kering.
Setelah proses
pengapuran perlu diadakan pemeriksaaan terakhir untuk mencegah kemungkinan
biji-biji pala tersebut cacat, misalnya pecah yang sebelumnya tidak diketahui.
Pengawetan biji pala
juga dapat dilakukan dengan teknologi baru, yakni dengan fumigasi dengan
menggunakan zat metil bromida (CH3 B1) atau karbon bisulfida (CS2)
Pengeringan Bunga
Pala (Fuli)
Fuli dijemur pada
panas matahari secara perlahan-lahan selama beberapa jam, kemudian
diangin-anginkan. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai fuli itu kering. Warna
fuli yang semula merah cerah, setelah dikeringkan menjadi merah tua dan akhirnya
menjadi jingga. Dengan pengeringan seperti ini dapat menghasilkan fuli yang
kenyal (tidak rapuh) dan berkualitas tinggi sehingga nilai ekonomisnya pun tinggi
pula.
Pemecahan Tempurung
Biji
Pemecahan tempurung
biji pala dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a) Dengan tenaga
manusia
Cara memecah
tempurung dari biji pala dilakukan dengan cara memukulnya dengan kayu sampai
tempurung tersebut pecah. Cara memecah tempurung biji pala memerlukan
keterampilan khusus, sebab kalau tidak isi biji akan banyak yang rusak (pecah)
sehingga kulitasnya turun.
b) Dengan mesin
Cara ini banyak
digunakan petani pala. Secara sederhana dapat diterangkan bahwa mekanisme kerja
dan alat ini sama dengan yang dilakukan oleh manusia, yakni bagian tertentu
dari mesin menghancurkan kulit buah pala sehingga yang tinggal adalah isi
bijinya. Keuntungan dari penggunaan mesin adalah tenaga, waktu dan biaya
operasionalnya dapat ditekan. Disamping itu kerusakan mekanis dari isi biji
juga lebih kecil.
Pala
|
||||||||||||||
Klasifikasi ilmiah
|
||||||||||||||
|
||||||||||||||
Nama binomial
|
||||||||||||||
Myristica fragrans
|
Sumber : Sistim
Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS
Mantap .... :)
BalasHapusterima kasih...
HapusSalam Tani Indonesia...
Semoga Sukses Selalu...Amiin
klo makan pala saya suka mabuk....walaupun sebenarnya enak di buat manisan pala
BalasHapusjangan terlalu banyak gan...
HapusSangat membantu Infonya kang Tolib....nuhun ah..
BalasHapusSami-sami gan...
Hapus